Ronggeng Dukuh Paruk
Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel trilogi karya Ahmad Tohari yang diterbitkan pertama kali tahun 1982. Novel ini bercerita tentang kisah cinta antara Srintil, seorang penari ronggeng, dan Rasus, teman sejak kecil Srintil yang berprofesi sebagai tentara.
Novel ini mengangkat latar Dukuh Paruk, desa kecil yang dirundung kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan. Latar waktu yang diangkat dalam novel ini adalah tahun 1960-an yang penuh gejolak politik.
Buku pertama, Surat Buat Emak
Novel ini dimulai dengan Rasus yang menulis surat kepada ibunya, seorang janda miskin yang tinggal di Dukuh Paruk. Dalam suratnya, Rasus menceritakan tentang kehidupannya di Jakarta sebagai seorang tentara.
Rasus juga menceritakan tentang Srintil, kekasihnya yang masih tinggal di Dukuh Paruk. Srintil adalah seorang gadis cantik yang terpilih menjadi ronggeng, penari tradisional yang dianggap sakral oleh masyarakat Dukuh Paruk.
Rasus dan Srintil telah menjalin hubungan sejak kecil. Namun, hubungan mereka tidak direstui oleh orang tua Srintil. Orang tua Srintil khawatir bahwa Rasus akan merusak masa depan Srintil.
Buku kedua, Lintang Kemukus Dini Hari
Buku ini menceritakan tentang kehidupan Srintil sebagai ronggeng. Srintil terpaksa menjadi ronggeng untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Srintil menjadi ronggeng yang terkenal di Dukuh Paruk dan sekitarnya. Ia sering diundang untuk menari di berbagai acara.
Namun, kehidupan Srintil sebagai ronggeng tidak selalu menyenangkan. Ia sering dipaksa untuk melayani tamu-tamu yang kaya dan berkuasa.
Buku ketiga, Jantera Bianglala
Buku ini menceritakan tentang peristiwa G30S/PKI yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965. Peristiwa tersebut berdampak besar pada kehidupan masyarakat Dukuh Paruk, termasuk Srintil dan Rasus.
Srintil ditangkap dan dipenjara karena tuduhan terlibat dalam peristiwa G30S/PKI. Rasus juga ikut ditangkap, tetapi ia berhasil melarikan diri.
Setelah bebas dari penjara, Srintil menjadi seorang perempuan yang rapuh dan trauma. Ia tidak lagi memiliki gairah untuk menari.
Rasus yang telah menjadi seorang perwira TNI berusaha untuk mencari Srintil. Setelah menemukan Srintil, Rasus membawanya ke Jakarta untuk tinggal bersamanya.
Tema-tema utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk:
Kesenjangan sosial
Politik dan kekerasan
Cinta dan perjuangan
Identitas dan jati diri
Berikut adalah beberapa poin penting dari novel Ronggeng Dukuh Paruk:
Kesenjangan sosial adalah salah satu tema utama dalam novel ini. Dukuh Paruk adalah desa kecil yang dihuni oleh masyarakat miskin dan terbelakang. Masyarakat Dukuh Paruk sangat bergantung pada tradisi dan adat istiadat mereka, termasuk tradisi ronggeng.
Politik dan kekerasan juga merupakan tema penting dalam novel ini. Peristiwa G30S/PKI yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965 memiliki dampak besar pada kehidupan masyarakat Dukuh Paruk. Banyak orang yang ditangkap dan dipenjara, termasuk Srintil.
Cinta dan perjuangan juga menjadi tema penting dalam novel ini. Srintil dan Rasus adalah dua orang yang saling mencintai. Namun, hubungan mereka tidak mudah. Mereka harus berjuang untuk mempertahankan cinta mereka di tengah berbagai rintangan, termasuk perbedaan sosial dan politik.
Identitas dan jati diri juga menjadi tema penting dalam novel ini. Srintil adalah seorang gadis yang harus berjuang untuk menemukan identitas dan jati dirinya. Ia harus memilih antara menjadi ronggeng tradisional atau menjadi perempuan modern.